Sabtu, 22 November 2014

This sh*tty life


Sejak malem, news feed BBM nggak jauh-jauh soal kenaikan BBM. Ada yang setuju, ada yang biasa aja (karena mereka make Sh*ll), ada yang marah-marah dan blame pemerintahan Jokowi, yang tersesat malah ngomongin soal UCL. So, i turned off BBM notifications and got to sleep late.

Besok pagi? Makin parah. Ada yang nggak tau harga premium naik. Ada yang (masih) sibuk berkoar dan menyalahkan pihak atas. Lama-lama gue gerah juga sama yang blabbering shits ini. So, here’s some of their opinions about gasoline price recently.

BBM naik kesel setengah mati. Harga rokok naik masih tetep selow
Besok ke sekolah gue jalan kaki aja dah
Besok beli minyak jelantah buat ganti premium
Ini nih janji Pak Presiden soal menyejahterahkan rakyat?! Ini namanya menginjak-injak rakyat sendiri

I laughed so hard like Godzilla when read the last comment. It came from my ex-teacher and he’s in university right now. Ini nih mahasiswa calon penerus bangsa? All I can assume is, his comment was very subjective, not objective.

Begini ya, terlepas dari gue pernah menjadi pendukung Jokowi saat Pemilu 2014 kemarin, masalah kenaikan premium ini nggak bisa di blame sepenuhnya ke pemerintahan Jokowi. To put it bluntly, dari dulu harga bbm kan naik, cepat atau lambat pasti harga BBM selalu punya ancang-ancang untuk naik. Jadi, sorry, buat kalian yang marah berlebihan kepada pemerintah sekarang (apalagi kalau kalian oposisi), kalian tolol. :)) Kemana aja suara kalian pas BBM naik menjadi Rp. 6500/liter beberapa tahun lalu? Logikanya adalah, bahan bakar adalah sumber daya terbatas dan selalu menipis stoknya, kalaupun naik ya pasti wajar lah.

Kedua, dengan naiknya harga BBM, otomatis anggaran dana negara bisa dihemat secara efisien dan dialokasikan untuk pembangunan di berbagai sektor. Konsumsi BBM berada di poin prioritas kedua setelah makanan. Pemerintah ya ngga bakal bisa selamanya menetapkan anggaran yang begitu besar hanya untuk subsidi BBM sementara banyak program pembangunan yang harus dijalankan. Ini tuh ibarat kalian pengen tetap makan enak, kesehatan terjamin, duit keluar sedikit tapi sekalian meras orang tua yang tercekik anggaran tetap setiap bulannya. Pengorbanan Rp. 2000 di kita sebenarnya belum seberapa dengan kenaikan yang dialami warga Indonesia timur. Orang timur harga BBMnya bisa bikin mata melotot hati kebakaran jenggot. Tapi bisa kita lihat, they still struggle to extend their living with the fantastic gasoline price. Bagi mereka itu biasa, kita bisa bilang gitu. Tapi harusnya kita bisa berpikir, bukankah egosentris banget kalau kita disini merongrong soal kenaikan BBM sementara tujuan kenaikan tersebut juga untuk membantu mereka disana? Think again!

Ketiga, udah pernah ada yang nonton Brain Games season 2 pas episode “You Decide” ? Disitu dijelaskan soal manusia yang setiap hari dihadapkan oleh pilihan sesimpel apapun. Ketika lo dikasih pilihan mau beli popcorn ukuran besar dengan harga $7 atau yang kecil seharga $3, most of people choose the small one. Kenapa? Karena gap harga yang besar antara dua ukuran tersebut membuat otak kita memutuskan untuk memilih yang kecil, dengan asumsi itu sama-sama popcorn dan cuma  makanan selingan. Not so fancy. Tapi, ketika diberikan distraksi berupa ukuran medium seharga $6,50 orang-orang malah pick the large one. Kenapa pula? Karena saat itu cortex otak manusia (cmiiw) memilah dan membandingkan. Intinya, semakin tipis gap harga satu ukuran dengan lainnya, kita akan memilih yang lebih besar/lebih baik dengan asumsi akan merugi bila milih yang lebih kecil/biasa aja. We were being manipulated by our own brains, congratulations!

So that’s why, in my assumption, pemerintah secara tidak langsung mempersuasi kita agar beralih ke pertamax dan (secara tidak langsung) pula menjaga kualitas mesin dengan memakai bahan bakar dengan kulitas yang lebih baik :).

Gue bukan fanatis Jokowi, bukan groupies kotak-kotak. Bagaimanapun, ketika presiden pilihan gue berhasil memimpin negara, tugas kita sebagai warga negara tetap harus mengawasi. Oposisi bukan soal prinsip, oposisi adalah soal hak dan tanggung jawab warga negara.
Pipis, love, and gaol

Nyoron

Tidak ada komentar:

Posting Komentar