Sabtu, 22 November 2014

Recently...........


Gue selalu suka Adam Levine. Untuk memperjelas, gue selalu suka lagu-lagu mellow yang Adam buat dan nyanyiin. Udah nonton Begin Again? Gue baru nonton trailernya sih (harus nonton kalo nanti udah keluar di XXI).. tapi asli, I shed a tears so much after heard the song. Adam emang gak pernah gagal deh bikin gue termehe-mehe setiap abis dengerin dia nyanyi yang sedih. Poin yang gue suka adalah, lagu mellow dia engga make kalimat yang terlalu romantis dan lebay. He strike our heart by its methapor and unique lyrics. Sad, Just A Feeling, dan sekarang Lost Stars.

Tiap gue denger lagu ini, gue ngerasa blank. Kayak ada black hole gede di hidup gue. Am I the lost star? I think so.
Kadang gue masih suka hilang arah tujuan gitu. Bingung sendiri sama semua keputusan yang udah membentuk gue seoerti sekarang.

Gue Cuma berharap gue nggak hilang dan bisa terus berjalan menjadi pribadi yang lebih baik!
Recent favorite songs on my playlist (especially after watching The Judge 2 weeks ago)
Willie Nelson      - The Scientist
Bon Iver               - Holocene
Adam Levine      - Lost Star
Redtop                 - Come and Get Your Love
Bon Iver               - Skinny Love

This sh*tty life


Sejak malem, news feed BBM nggak jauh-jauh soal kenaikan BBM. Ada yang setuju, ada yang biasa aja (karena mereka make Sh*ll), ada yang marah-marah dan blame pemerintahan Jokowi, yang tersesat malah ngomongin soal UCL. So, i turned off BBM notifications and got to sleep late.

Besok pagi? Makin parah. Ada yang nggak tau harga premium naik. Ada yang (masih) sibuk berkoar dan menyalahkan pihak atas. Lama-lama gue gerah juga sama yang blabbering shits ini. So, here’s some of their opinions about gasoline price recently.

BBM naik kesel setengah mati. Harga rokok naik masih tetep selow
Besok ke sekolah gue jalan kaki aja dah
Besok beli minyak jelantah buat ganti premium
Ini nih janji Pak Presiden soal menyejahterahkan rakyat?! Ini namanya menginjak-injak rakyat sendiri

I laughed so hard like Godzilla when read the last comment. It came from my ex-teacher and he’s in university right now. Ini nih mahasiswa calon penerus bangsa? All I can assume is, his comment was very subjective, not objective.

Begini ya, terlepas dari gue pernah menjadi pendukung Jokowi saat Pemilu 2014 kemarin, masalah kenaikan premium ini nggak bisa di blame sepenuhnya ke pemerintahan Jokowi. To put it bluntly, dari dulu harga bbm kan naik, cepat atau lambat pasti harga BBM selalu punya ancang-ancang untuk naik. Jadi, sorry, buat kalian yang marah berlebihan kepada pemerintah sekarang (apalagi kalau kalian oposisi), kalian tolol. :)) Kemana aja suara kalian pas BBM naik menjadi Rp. 6500/liter beberapa tahun lalu? Logikanya adalah, bahan bakar adalah sumber daya terbatas dan selalu menipis stoknya, kalaupun naik ya pasti wajar lah.

Kedua, dengan naiknya harga BBM, otomatis anggaran dana negara bisa dihemat secara efisien dan dialokasikan untuk pembangunan di berbagai sektor. Konsumsi BBM berada di poin prioritas kedua setelah makanan. Pemerintah ya ngga bakal bisa selamanya menetapkan anggaran yang begitu besar hanya untuk subsidi BBM sementara banyak program pembangunan yang harus dijalankan. Ini tuh ibarat kalian pengen tetap makan enak, kesehatan terjamin, duit keluar sedikit tapi sekalian meras orang tua yang tercekik anggaran tetap setiap bulannya. Pengorbanan Rp. 2000 di kita sebenarnya belum seberapa dengan kenaikan yang dialami warga Indonesia timur. Orang timur harga BBMnya bisa bikin mata melotot hati kebakaran jenggot. Tapi bisa kita lihat, they still struggle to extend their living with the fantastic gasoline price. Bagi mereka itu biasa, kita bisa bilang gitu. Tapi harusnya kita bisa berpikir, bukankah egosentris banget kalau kita disini merongrong soal kenaikan BBM sementara tujuan kenaikan tersebut juga untuk membantu mereka disana? Think again!

Ketiga, udah pernah ada yang nonton Brain Games season 2 pas episode “You Decide” ? Disitu dijelaskan soal manusia yang setiap hari dihadapkan oleh pilihan sesimpel apapun. Ketika lo dikasih pilihan mau beli popcorn ukuran besar dengan harga $7 atau yang kecil seharga $3, most of people choose the small one. Kenapa? Karena gap harga yang besar antara dua ukuran tersebut membuat otak kita memutuskan untuk memilih yang kecil, dengan asumsi itu sama-sama popcorn dan cuma  makanan selingan. Not so fancy. Tapi, ketika diberikan distraksi berupa ukuran medium seharga $6,50 orang-orang malah pick the large one. Kenapa pula? Karena saat itu cortex otak manusia (cmiiw) memilah dan membandingkan. Intinya, semakin tipis gap harga satu ukuran dengan lainnya, kita akan memilih yang lebih besar/lebih baik dengan asumsi akan merugi bila milih yang lebih kecil/biasa aja. We were being manipulated by our own brains, congratulations!

So that’s why, in my assumption, pemerintah secara tidak langsung mempersuasi kita agar beralih ke pertamax dan (secara tidak langsung) pula menjaga kualitas mesin dengan memakai bahan bakar dengan kulitas yang lebih baik :).

Gue bukan fanatis Jokowi, bukan groupies kotak-kotak. Bagaimanapun, ketika presiden pilihan gue berhasil memimpin negara, tugas kita sebagai warga negara tetap harus mengawasi. Oposisi bukan soal prinsip, oposisi adalah soal hak dan tanggung jawab warga negara.
Pipis, love, and gaol

Nyoron

Interstellar - A Breathtaking Movie of The Year


“Mankind was meant to be born here, but not to die here”

Quote diambil dari tokoh dandy ganteng ala-ala yang lagi ngeracunin otak gue #slapped
Science, physic, 3rd laws of Newton, black hole, 5th dimensional world, String’s theory, father-daughter bonding. Are you craving for a great sci-fi movie? You should watch this one. Well-concept and easy to understand movie.

It’s been a long time since the last time I review a movie. So, it means If I mind to type the review, the film would be so awesome. And so it does. Interstellar was amazing and breath-taking. Ada yang nonton Interstellar cuma karena ratingnya di iMDB yang tempting abis, ada juga yang nonton karena happening dan most uploaded di path. Ada. Awalnya, I’m one of those. Namun, karena gue orangnya terlalu malas buat nonton film berdurasi lama tanpa tau jalan ceritanya (apalagi kalo Cuma buat pamer di Path), so I googled it. Hampir keselek pas buka-buka review malah lebih kayak spoiler, and most of blogger gave a lot of applause toward the movie. So, let’s give a hit!

Interstellar menceritakan bumi di penghujung abad ke-20 dimana seperti yang telah diprediksi akan mengalami badai debu dan polusi tanah berkepanjangan. Kelaparan, sesak nafas, penyakit menular. Pada masa tersebut, perang tidak lagi terjadi, fisikawan dan orang pintar sudah tidak diperlukan. Intinya, manusia ada untuk menjaga sisa hidup bumi, bukan untuk menjelajahinya lagi. Pemborosan investasi di abad ke-20 menyebabkan kesengsaraan bagi manusia.

Cerita dibuka dengan Cooper, mantan perwira AU yang memiliki anak bernama Murph. Murph merasa seperti dikelilingi oleh hantu. Kejadian seperti buku jatuh berpola morse, pasir yang membentuk kode biner dsb. Kode biner dari pasir tersebut awalnya dianggap adalah anomali gravitasi yang justru memberikan koordinat suatu tempat.

Singkat cerita, koordinat tersebut adalah underground office milik NASA. Mereka mengutus Cooper untuk ekspedisi mencari planet baru pengganti bumi bersama tiga astronot lainnya. Dr. Brand mengutus Amelia, anaknya, untuk ikut dalam ekspedisi menjalankan rencana A.

Christoper Nolan konsisten memberikan ending yang twisted. Not 100% happy ending, but relative satisfiy. Kenapa gue bilang endingnya relatif memuaskan? Karena menurut gue, dengan ending yang dia berikan, udah gak penting lagi gantung atau engga. Kita bakal tetap puas dengan penutup cerita. Ciri khas Nolan dalam membuat film lah intinya. Nolan sukses membuat gebrakan besar dengan membuat pengandaian dimensi ke 5 dan mengangkat hipotesa wormhole. Well, gue saking kebawa cerita, menganggap kalau wormhole beneran ada.

Gue nangis kejer setiap ada scene antar Murph dan Cooper. I posses a father’s complex :’). Film berdurasi hampir tiga jam ini emang nggak sehat buat kandung kemih, tapi believe me, you won’t miss a scene. Keluar dari bioskop dapet oleh-oleh mata sembap, tangan yang gatel buat Googling, dan mulut yang udah siap buat nyerocos soal astro-sciene. Kita teredukasi? Ya. Kita jadi sok tahu? Maybe. Mau nonton lagi? Sure.

Overall, dengan rating di iMdb yang mendekati sempurna, film ini sesuai ekspetasi gue. Tapi, ya kalo ekspetasi lo film yang lebih mengusung drama dan sciene ala kadarnya, film ini bikin lo kebelet pipis doang. Paling dapet basian upload di Path. Tapi, honestly, film ini nggak bikin ngantuk karena fase antar scene cepat, saling berkolerasi scene satu dengan lainnya, dan tetap well-understand buat yang nggak gitu sciene enthusiast. Mata gue bener-bener dimanja sama visualisasi outer-spacenya. Sound effect nggak begitu mengecewakan tapi yang paling keren menurut gue ketika kita pas lagi fokus ke film dan ada satu scene dimana ruangan biskop seperti kedap suara. Efek soundsless pas Cooper keluar dari spaceships itu greget dan bikin kuping terusik banget!

Film ini tetap enak dinikmati meski nggak nonton di IMAX. Santai aja. You’ll still get a breath-taking visual experience when watching it on regular XXI theater ;).
Applause for Nolan and the research team. (Is it me and others /ton/ fellas whom only  gave an applause after the movie? Lol)


Nyoron!

Selasa, 11 November 2014

Ih gue bosen

Ih gue gak tau akhir-akhir ini males banget ngepost.
Gue sibuk, tau sibuk gak?
Tiap hari selonjoran sambil ngemilin soal matematika.
Kalo lagi ngaso, ngotak-ngatik soal fisika
Lagi bengong aja mikirin soal universitas.

Kayak otak gue engga istirahat cantik gitu deh.
Terus kalo ada senggang dikit pasti gue was-was. Takut gak belajar, takut ilmunya terbang, takut Cinta Fitri nambah episode lagi, takut CHSI ada helokiti baru, takut besok kiamat. Pokoknya takut deh.

Kelas 3....... bawaannya pengen cepet-cepet UN.
Pengennya cepetan perpisahan sama wisuda.
UN aja belom looo!!

Capek ah. Mau tidur siang dulu

Bhaaaay