Jumat, 25 April 2014

Get Lost

Pernah kah lo mencoba setidaknya once in your lifetime buat get lost? Lo berjalan tanpa arah, tanpa tujuan, dan gak direncanain sebelumnya. Pernah? Kalo belom, lo berarti harus nyoba!

Jadi, selasa malem kemarin 15/04/2014 bertepatan dengan Blood Moon (gue baru tau fakta ini pas pulang), gue pergi dari rumah sore-sore.  Iseng aja sih berhubung gue juga lagi pengen keluar tapi gak tau kemana. My mind keeps telling me to go everywhere my feet direct me. So, berangkatlah gue ke stasiun jam 5 sore dari rumah. I just brought my sketch book, drawing kit, sweater, and my phone. Saat dijalan, I found everything around me fascinated. Mulai dari langit yang setengah mendung setengah terik, kumbang, foto Iwan Fals di halte bus, and everything. Gue cuma mau menyibukkan diri gue *especially my mind* dari suara-suara yang kayak ngeledek kelakuan gue. Kelakuan yang mana? Lari dari masalah? Well...

Gue gak lari masalah. Gue cuma mencoba mencari my inner peace.

And my decision to seek my inner peace is stay away from people around me.

Gue ngambil kereta di stasiun Tebet, randomly. Kereta apapun yang available gue ambil. Dan saat itu yang available adalah jurusan Bogor *which so packed that time, but.....* my mind and universe dragged my feet to stop by UI train station. Turun dari stasiun, gue cuma ngelangkah asal aja. Jalan dari stasiun ke FIB, muterin danau sampe bego, balik lagi ke kandang rusa, terus iseng nyari kost si Asep yang katanya dia ngasih clue ke gue di belakang tembok stasiun UI samping apartemen persis. Ya, gue jalan aja. Iseng banget anjir nyari-nyari kostnya. Ternyata ketemu, nyempil kayak gang forbidden. Hahaha.








Setelah ketemu gangnya, gue balik ke stasiun, rencana mah mau langsung pulang gitu. Ternyata masih belom diizinin pulang sama Tuhan. Gue ngeliat street musician di samping rel UI yang ngarah ke gang es pocong. Pas banget mereka mainin lagu kesukaan gue, The Smiths. Awalnya gue pura-pura duduk seberang mereka sambil ngarahin hape. Eh batrenya lobet, hahah. Terus bassist dari musisi jalanan itu manggil gue buat duduk sebelah mereka aja. I took the chance. Pas gue duduk itu gue mikir, kenapa gak gue sket mereka aja ya? Sekalian belajar lah live sketch. Pas mereka lagi beraksi *they played blues and country musics anyway* gue live sketch mereka. Entah kenapa, hari itu tangan gue lancar banget. Garis demi garis bisa gue bikin dengan mudah padahal mereka keep moving. Hasilnya? Well, gue cukup puas kok dan mereka juga seneng karena ada random girl kucuk-kucuk nge sket mereka. Gue juga dapet oleh-oleh tanda tangan mereka, pin BB accordion player *yang ternyata suka banget sama sket gue*, sama request lagu 2 : Killing Me Softly dan Imagine.

Sampai situ doang?

Engga!

Dalem perjalanan ke stasiun, gue harus top up KMT karena saldonya gak cukup. Sebenernya gue udah diburu waktu pulang sih, tapi semua berubah ketika gue nyampe loket KMT and saw a guy. This guy, at first sight was really funny yet polite. Gue gak fokus selama top up tiket. Dia ngomong apa gue nya lola banget jawabnya. I dunno why, my mind just worked that way. Selesai top up, gue mikir sayang banget sih kalo langsung pulang. So, gue minggir sebentar nyari-nyari buku sket gue. Then, dia nanya ke gue “nunggu siapa?”

Gue jawab, “gak kok. Nunggu kereta” Asliiiii tolol banget kan jawabannya? Hahaha.

Setelah itu, gue bersandar di tiang dan mulai uick sketch dia. Sumpah gue sadar banget itu sket terancur semaleman ini, tapi bodo amat. Dia tampangnya udah mulai ngeri gitu, takut gue santet kali ya hahah. Yaiyalah secara, gue random people, bertindak mencurigakan gitu sejak awal dan tau-tau diem diem nge sket dia. Tapi, seru juga ternyata nakutin orang #woyyy.

Selesai nge sket *damn, gue bahkan inget namanya* gue nunjukkin sket itu dari jauh dan dia ngelambai ke gue. Gue gak sempet jawab pertanyaan dia karena loket lagi penuh. Trus akhirnya gue masuk ke stasiun dan minta tandatangan dia. He asked me my Path id. Dan, yaudah sampe situ aja. Hahaha.

Gue belajar, bahwa ternyata kita harus melihat dunia dari banyak sudut pandang. Bener kata Trinity (blog traveler yang terkenal di Indonesia gara2 buku The Naked Traveler series), Travel teaches us to look this world wider yet closer.
I met new people randomly and I created a new unique story into my life page. At least, those unique stories would able to shut up the devils inside my head and make me forget about what past has been done to me.


You know, pertemuan gue sama this random adorable guy kesannya kayak dibuat-buat ya? Tapi ya gitu deh. Gue cuma gak sengaja pengen nge sketsa mukanya sekalian nunggu kereta *yang ada malah gue ketinggalan dua kereta*. You know, if one day I able to make enclosure with him, I wish we can write a great and nice  story as the way I met him J

Thanks for reading!



Nyoron


Ps : photos taken from my Instagram acc @nyooron

Kamis, 10 April 2014

Kebetulan?

Just found out something weird yet heartwarming today.
Do you believe in coincidence?
Me? I do! :) but I'll explain it in my own way

Gue percaya semua yang terjadi di dunia ini kebetulan. Kebetulan yang direncanakan it is ;)
Why? karena gue percaya gak mungkin ada suatu kebetulan yang tidak direncanakan oleh Tuhan dan diri lo sendiri. Loh, kan ini kebetulan kenapa direncanakan diri sendiri?

Let me draw you a scene, lo bertemu si A. Lo deket sama dia lama kelamaan jadi makin suka dan akhirnya lo jadian. Then, you come at the point when everyhting goes wrong and you break up. Then you suddenly meet other guy or even re-contacted with old one. Kitalah yang merencanakan dengan siapa kita ingin berhubungan satu sama lain. Kita lah yang membentuk skema dan cabang hubungan dengan siapa saja kita ingin bertemu, mengucapkan selamat tinggal atau justru berpisah.

Kebetulan-kebetulan yang lo alami di dunia ini, selain rencana dari pribadi lo, juga bantuan semesta. This universe knows you too well to delivery everyone worthed come and go into your life.

Temen gue, seorang tarot reader. Gue pertama kali ketemu dia pas HaiDay 2013 di Senayan kemarin. Dia bilang gak ada yang kebetulan di dunia ini. Gue detik itu bisa ada di booth dia, karena semesta yang menarik langkah gue kesana. Gue yang saat itu menentukan langkah gue ingin kemana, se random apapun itu. Till I went ahead to his booth and talked too much things. We did fun. I comfort being on his side and shared our thoughts each other. Dia bilang, semua orang saling memiliki magnet satu sama lain. Magnet itu yang berhubungan dengan semesta dan menciptakan (atau memanipulasi otak) seakan-akan kita terlibat coincidence. Padahal, sejak awal magnet di diri kita inilah yang akan menyeleksi dengan sendirinya siapa aja yang ingin kita masukan ke kehidupan kita.

Terus kalo dalam diri kita sendiri udah ada magnet yang bisa menghubungkan kita ke orang lain, why there's always unfortunately coincidence where we meet wrong guy?

Itu tetap direncanakan oleh jiwa dan semesta. Mereka masuk ke kehidupan lo, meski pada akhirnya berpisah, selalu memiliki interest point dengan jiwa lo yang saling tarik menarik. Yaah, meskipun pada akhirnya interest point itu menguar atau mereka melakukan kesalahan fatal yang dimana jiwa lo tidak bisa menolerir lagi. Intinya, jangan pernah menyesali siapapun yang datang, pergi, maupun tinggal dalam kehidupan lo. Karena itulah yang direncanakan semesta. Untuk membentuk diri lo. Diri lo yang sekarang.  Gue percaya, semua orang yang sekarang ada di hidup gue walau cuma sekedar temen atau bahkan orang yang deket banget sama gue, gue lah yang menentukan mereka akan tinggal atau pergi. As simple as that!

That's what I believe :)

this post presented for my friends around me which 'bothering' my imagination lately!

Sylvan Zikri Rahman : 04 Sept 1994
Rachman C. Muchlas : 04 Sept 1984

Made Nusha Sucipta : 18 Juli 1996
Andre Pudyastomo   : 18 Juli 1987 (beda 10 tahun men ama gue wakaka :)) )
Aldo Reynaldo         : 17 Juli 1997

Aji Nanda Permana : 20 Februari 1994
Bayu Febianto         : 20 Februari 1987

Fahmi Radityamurti : 19 November 1991
La Pose Tamarind     : 30 Oktober 1997
Choirul Hidayanto    : 16 Oktober 1996


See? :)) much of them have a lots of same interest point with me :)



Ciao!

Jumat, 04 April 2014

Offscreen Use Somebody (maybe)




Another night of me thinking about you again, A. May this universe gives me break just a moment, more than a hour to live up my life being so careless of demons inside my head?

Well, honestly, tonight I’m the one who allowed myself to re-open my Pandora box about you, A. I thought I was throwing off the key and got it lost somewhere. But, unfortunately I always get the duplicate somewhere. Meanwhile my laptop play Use Somebody by Kings of Leon. One of million triggers which brings back my memory about you, the lucky bastard. I remember you sang this before we went for our first date. That time, I could easily enjoyed the song. But tonight, I can barely understand the lyrics. Every words shout out from Caleb Followill throat, strikes my sanity.

Aku melihat satu-satunya foto kita yang tersisa di laptopku setelah sebelumnya semua foto tentangmu aku hapus. Aku bersandar di dada mu, kita sama-sama tersenyum lebar. Senyum lebar pertamamu bersamaku, senyum terakhir pula yang terekam lensa kamera. Dengan latar suara bariton Caleb, dimana lirik ‘You know that I could use somebody’ bergema di kuping juga kepala ini, aku berpikir : Apakah disaat itu kamu juga sedang menafikan orang lain untuk membiarkan egomu tetap menyala?
Apakah setiap hal yang kita lakukan dulu hanyalah adaptasi off screen dari lagu Use Somebody? Hanya untuk membuktikan bahwa kamu adalah laki-laki yang pantas dikejar? Apakah kamu berpikir seperti yang sedang aku lakukan sekarang? Wasting time and being careless with a guy just to state myself that I’m wanted. Padahal, setan dalam kepalaku terus berteriak “What are you actually doing?”

I don’t know. How I name it? Fooling around?
How you name it?

Atau ketika lirik ‘I hope that’s gonna make you notice. Someone like me’ menamparku. Apakah yang aku lakukan dulu telah membuatmu sadar akan kehadiranku? Should I tell you how to value a presence is by absence of someone or thing you’re used to had? Atau haruskah aku yang menampar diriku sendiri karena terlalu lama membuang waktu hanya untuk mematikan akal sehat dan logika bahwa sebenarnya kita sudah tamat? Bahwa aku sudah tidak perlu lagi berusaha membuatmu notice of my presence.

Aku sudah berubah. Aku sudah bukan lagi wanita yang kamu kenal dulu atau pula yang orang lain pernah kenali. Cara pandangku tentang sebuah hubungan sudah jungkir balik sejak tiga bulan lalu. Keseriusan terlalu mudah dihanguskan dan kepercayaan terlalu sulit dikembalikan. I could be so careless, and forget easily. Tapi bagaimana bisa aku melupakannya bila untuk memaafkan saja rasanya setengah mati. Memaafkan diriku dan kebodohanku. Sepertinya aku hanya meninggalkan mereka, bukan memaafkannya. Lalu, aku membentuk diriku yang baru yang aku harap lebih kuat daripada hari kemarin.

Sampai akhirnya aku menunggu, A, menunggu suara Caleb Followill ini berhenti bergema dan hanya terisi percakapan antara aku, dan orang yang suatu saat aku izinkan kembali tinggal di dalam sini, di hatiku.

 Luv,




Nyoron