“Mankind was meant to be born here, but not to die here”
Quote diambil dari tokoh dandy
ganteng ala-ala yang lagi ngeracunin otak gue #slapped
Science, physic, 3rd laws of
Newton, black hole, 5th dimensional world, String’s theory, father-daughter bonding.
Are you craving for a great sci-fi movie? You should watch this one.
Well-concept and easy to understand movie.
It’s been a long time since the
last time I review a movie. So, it means If I mind to type the review, the film
would be so awesome. And so it does. Interstellar was amazing and
breath-taking. Ada yang nonton Interstellar cuma karena ratingnya di iMDB yang
tempting abis, ada juga yang nonton karena happening dan most uploaded di path.
Ada. Awalnya, I’m one of those. Namun, karena gue orangnya terlalu malas buat
nonton film berdurasi lama tanpa tau jalan ceritanya (apalagi kalo Cuma buat
pamer di Path), so I googled it. Hampir keselek pas buka-buka review malah
lebih kayak spoiler, and most of blogger gave a lot of applause toward the
movie. So, let’s give a hit!
Interstellar menceritakan bumi di
penghujung abad ke-20 dimana seperti yang telah diprediksi akan mengalami badai
debu dan polusi tanah berkepanjangan. Kelaparan, sesak nafas, penyakit menular.
Pada masa tersebut, perang tidak lagi terjadi, fisikawan dan orang pintar sudah
tidak diperlukan. Intinya, manusia ada untuk menjaga sisa hidup bumi, bukan
untuk menjelajahinya lagi. Pemborosan investasi di abad ke-20 menyebabkan
kesengsaraan bagi manusia.
Cerita dibuka dengan Cooper,
mantan perwira AU yang memiliki anak bernama Murph. Murph merasa seperti
dikelilingi oleh hantu. Kejadian seperti buku jatuh berpola morse, pasir yang
membentuk kode biner dsb. Kode biner dari pasir tersebut awalnya dianggap
adalah anomali gravitasi yang justru memberikan koordinat suatu tempat.
Singkat cerita, koordinat
tersebut adalah underground office milik NASA. Mereka mengutus Cooper untuk
ekspedisi mencari planet baru pengganti bumi bersama tiga astronot lainnya. Dr.
Brand mengutus Amelia, anaknya, untuk ikut dalam ekspedisi menjalankan rencana
A.
Christoper Nolan konsisten
memberikan ending yang twisted. Not
100% happy ending, but relative satisfiy. Kenapa gue bilang endingnya relatif
memuaskan? Karena menurut gue, dengan ending yang dia berikan, udah gak penting
lagi gantung atau engga. Kita bakal tetap puas dengan penutup cerita. Ciri khas
Nolan dalam membuat film lah intinya. Nolan sukses membuat gebrakan besar
dengan membuat pengandaian dimensi ke 5 dan mengangkat hipotesa wormhole. Well,
gue saking kebawa cerita, menganggap kalau wormhole beneran ada.
Gue nangis kejer setiap ada scene
antar Murph dan Cooper. I posses a father’s complex :’). Film berdurasi hampir
tiga jam ini emang nggak sehat buat kandung kemih, tapi believe me, you won’t
miss a scene. Keluar dari bioskop dapet oleh-oleh mata sembap, tangan yang
gatel buat Googling, dan mulut yang udah siap buat nyerocos soal astro-sciene.
Kita teredukasi? Ya. Kita jadi sok tahu? Maybe. Mau nonton lagi? Sure.
Overall, dengan rating di iMdb
yang mendekati sempurna, film ini sesuai ekspetasi gue. Tapi, ya kalo ekspetasi lo film yang lebih mengusung drama dan
sciene ala kadarnya, film ini bikin lo kebelet pipis doang. Paling dapet basian
upload di Path. Tapi, honestly, film ini nggak bikin ngantuk karena fase antar
scene cepat, saling berkolerasi scene satu dengan lainnya, dan tetap
well-understand buat yang nggak gitu sciene enthusiast. Mata gue bener-bener
dimanja sama visualisasi outer-spacenya. Sound effect nggak begitu mengecewakan
tapi yang paling keren menurut gue ketika kita pas lagi fokus ke film dan ada
satu scene dimana ruangan biskop seperti kedap suara. Efek soundsless pas
Cooper keluar dari spaceships itu greget dan bikin kuping terusik banget!
Film ini tetap enak dinikmati
meski nggak nonton di IMAX. Santai aja. You’ll still get a breath-taking visual
experience when watching it on regular XXI theater ;).
Applause for Nolan and the
research team. (Is it me and others /ton/ fellas whom only gave an applause after the movie? Lol)
Nyoron!